ALICE! TENGGELAM
DALAM GELAP
Jakarta.
Minggu, 29 April 2029. Aku terbangun dalam keramaian dengan segala suara aneh
yang berdering di kedua telingaku.
“Oh
ternyata itu hanya alarmku yang memang sudah ku persiapkan untuk hari ini, ah
tidur lagi aja masih pagi, lagian ini kan hari minggu,” gumamku.
Aku
membuka smartphone yang selalu berada
di sampingku. Dimanapun dan kapanpun hidupku seperti digantung olehnya. Ketika
kubuka ternyata ada notifikasi dari salah satu aplikasi di smartphone ku, yang bernama kalender.
“Astaga,
aku bahkan melupakan hari ini dimana aku dan teman-teman “LV” ku akan pergi ke
Las Vegas untuk memenuhi janji lima belas tahun yang lalu. Namun, bagaimana
dengan tiket yang telah ku pesan untuk hari ini, bodoh! Aku pasti akan telat
dan dimarahi oleh teman-temanku,” aku menggerutu sendiri.
Kubuka pintu kamar mandi yang dingin, lalu
kunikmati derasnya air shower yang
membasahi tubuh ini, sambil mengingat akan masa laluku yang sangat berkesan,
apalagi bersama Ibra dan kawan-kawan. Kukeringkan badan ini dengan handuk
pemberian dari kekasihku yang sudah entah kemana meninggalkan hati ini, Segera
kupersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke Las Vegas.
“
Halo kaan, lu dimana? Gua , Faiz, Giri dan Ajad sudah di bandara.”
“Astaga
Ib, bahkan gua baru mau berangkat dari rumah.”
“Bodoh
lu cepetan dah.”
“Lima
menit tunggu ya.”
Dua
puluh enam kilometer, ya itu jarak dari rumah ini ke Bandara tempat Ibra dan
teman-teman menungguku, merasa sangat menyesal atas ucapan ku tadi dengan ibra,
tapi Ibra bukanlah orang yang mudah marah, tenang saja.
“Ma,
abang pergi yaa, kalo ada apa-apa bisa telepon abang, masalah oleh-oleh mama
tidak usah khawatir, pasti abang beliin kok,” Pamit aku pada mama yang hari itu
sedang pergi ke luar kota.
Saat
aku berjalan ke ke luar rumah, tiba-tiba aku melihat lukisan berisi tanda
tangan grup “LV” ku yang diberi nama art-tissue,
teringat sudah aku akan 15 tahun yang lalu, tepatnya 17 September 2014 dimana art-tissue dibuat dan dibingkai.
“Sialan,
ini bukan waktu yang tepat untuk nostalgiaan,” Berbicara sendiri dengan
nada kesal.
Karena sudah telat, terpaksa aku
menggunakan Go-Jek untuk pergi ke Bandara, ku panggil dan kunaiki Go-Jek
tersebut. Langit sudah mulai mendung menandakan waktu hujan akan segera tiba,
kusuruh Go-Jek tersebut untuk bergerak dengan kecepatan tinggi agar cepat
sampai di Bandara.
“Benar
kan, jalanan ini selalu macet, sama seperti 8 tahun yang lalu waktu aku baru
pindah ke kota ini,” Ucapku yang berharap dibalas oleh driver Go-Jek.
“Iya
pak, sejak dulu saya lahir juga jalan ini memang sudah macet, jadi sudah tidak
heran lagi pak,” Balas driver Go-Jek.
Rintik-rintik
air dari langit mulai berjatuhan, aku mulai khawatir akan tujunnya hujan yang
deras karna diriku tak membawa sehelai jas hujan. Masih terjebak di dalam macet,
smartphone ini terus berteriak.
“Pasti
si Ibra sudah kesal, duh gimana ini ntar kalo telat,”
“Coba
aja kalo aku tadi bangun lebih pagi, gak akan kaya gini deh, nyesel! Bodoh!”
Akhirnya sampai juga di Bandara, aku
bertemu dengan Ibra dan kawan-kawan SMP-ku, semua bermuka senang kecuali si
Ibra yang sangat kesal karena terlalu lama menungguku. Ibra memustuskan untuk
pergi ke restaurant, dan mulai
berjalan dengan Bokong besarnya yang sama seperti dulu. Sampai di restaurant, kami dipersilakan duduk oleh
salah satu karyawan di restaurant
tersebut.
“Mas,
saya pesan chicken steak,” Ucapku.
“Udah
mas samain aja semua pesanannya, biar gampang,” Saut Ibra.
“Baik
pak, ditunggu ya dalam lima belas menit,” Jawab Pegawai.
Semua terasa berbeda, tidak seperti
15 tahun yang lalu. Dulu kami yang saling berbincang, sekarang semua sibuk
dengan smartphone-nya masing-masing.
Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah bagiku, zaman memang sudah berubah,
begitu telat untuk dibenahi.
Sampai juga aku di pesawat yang akan
membawa ku dari Jakarta ke Las Vegas, berbagai harapan mulai bermunculan di
hati ini akan serunya petualangan yang akan dilalui, akan janji 15 tahun yang
lalu akan terpenuhi. Semua yang terasa sangatlah lambat bagaikan siput yang
diam. Tak bosan-bosannya aku berbincang dengan Ibra dan kawan-kawan, apa saja
kami ucapkan, mengenang masa lalu yang begitu berkesan di hatiku.
Dua puluh jam lamanya penerbangan,
akhirnya aku harus turun di Bandara Internasional McCarran, di Las Vegas. Semua seakan terasa seperti mimpi, akhirnya
aku menginjak tanah di Las Vegas.
“Kita
harus cari Hotel buat istirahat nih!” Ajak Ibra.
“Hayo
mau apa di hotel? Hmmm pasti mau melakasanakan misi sebagai cowo hahahaha,”
Jawab Arkaan.
“Wah
parah pikiran lu kaan, ayo dah cabut,” Saut Faiz, Giri, dan Ajad.
Akhirnya
Ibra memesan taksi untuk perjalanan ke Hotel yang katanya sangat mewah, Aku
menikmati pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi di sepanjang jalan. Kota
ini begitu ramai, sama seperti sehari-hari di Jakarta, tempat aku menetap. Tak
sampai lima belas menit, akhirnya aku sampai di Hotel. Benar saja, Hotel ini
sangat megah, tembok yang dilapisi emas, lantai yang terbuat dari permata, dan
bidadari-bidadari cantik yang siap melayani kami, kapanpun, dimanapun.
“Wah
mantap kaaannn, bagus banget dah ini hotelnya, tinggal disini juga gapapa kali
yak!” Ucap Ibra dengan muka kampungannya.
“Bapa
lu tinggal disini, uang buat makan aja masih minjem !” Ucap Faiz.
“Gila
lu pada, ingat istri woy!” Balas Arkaan dengan muka kesal.
“Tau
ah gua mau langsung ke kamer aja,” Balas Giri dengan muka capek.
Akhirnya
kami dapat memasuki Hotel tersebut, Kamarnya begitu indah, Kasur yang sangat
empuk, membuat badan ini seakan ingin sekali berbaring diatasnya, namun hati
ini terasa sangat aneh sekali, seakan ada yang terus mengikuti, aku merasakan
suasana yang janggal di Hotel ini. Tik tok tik tok, ternyata jam sudah
menunjukkan diangka sepuluh, menandakan bahwa diriku harus mandi, langkah ini
begitu berat seperti ada yang menahan diriku untuk berjalan. Srrrrrrrrrr……. Shower ini sangat deras membasahi
seluruh tubuhku. Perlahan-lahan kuambil handuk di lemari yang terletak di sudut
kamar, aku mulai mengeringkan badan dengan handuk hotel, namun bau amis mulai
tercium oleh hidungku.
“Buset
ini bau apaan, kok amis gini ya…,” Ucapku dengan merinding.
Suasana kamar yang hangat, berubah
menjadi dingin dan sunyi, kawan-kawanku tidur Karena capeknya perjalanan yang
di tempuh. Sial! ternyata ada darah berceceran di dekat lubang toilet, seketika
buku kuduku berdiri. Perlahan-lahan ku siram darah tersebut dengan air yang
jernih. Jam sudah menunjukkan angka sebelas namun diriku tak kunjung mengantuk,
aku memutuskan keluar dari hotel untuk mencari makanan.
Akhirnya aku sampai di restaurant yang persis berada di depan
hotel, tempat aku menginap. Restaurant ini
sangatlah sepi, suasananya sangat sunyi, sampai ada seorang wanita yang
tiba-tiba memegang tanganku dengan tatapan yang aku kenal.
“Arkaan……,” Ucap perempuan misterius
tersebut.
“A….A….Alice..? apa benar ini
dirimu?” Tanya aku dengan penuh harapan.
Seketika
wanita itu berlari, ku kejar dengan sekuat tenaga. Sial, kemana larinya wanita
itu, aku yakin dia Alice, kekasihku yang sudah lima tahun lamanya pergi
meninggalkanku tanpa alasan. Mungkin aku hanya sedang berhalusinasi, sudahlah.
Langkah demi langkah kaki ini ku angkat kan, menelusuri jalan yang tak ku
ketahui, mencari kesana-sini seakan masih ada harapan untuk bertemu dengan dirinya
sampai pada akhirnya aku lelah dan memutuskan untuk beristirahat di sebuah
kafe. Lagi-lagi aku melihat Wanita itu sedang berdiam diri di sebuah bangku,
bentuknya nyata, namun tak dapat ku raih genggamannya. Aku kembali berfikir,
jika ini hanyalah halusinasi, tidak ada kenyataan di dalamnya. Namun, setiap
aku merasa tidak percaya, aku merasa lebih penasaran dengan wanita yang
menggenggam tanganku dengan erat tadi. Aku melihat dirinya menelusuri sebuah hamparan
hitam yang sepertinya tidak berujung, ku ikuti dia sampai akhirnya segores
cahaya mulai berdatangan dari berbagai arah.
“Alice,
lima tahun yang lalu engkau meninggalkanku begitu saja. Bertahun-tahun aku
mencarimu dengan penuh harapan, dengan harapan aku dapat menemukanmu meskipun
aku tahu semua ini akan berujung menyedihkan. Tak dapat kusangka akhirnya aku
dapat menemukanmu di tempat ini, diselimuti kegelapan yang terus mengahantui
hatiku yang digantung oleh cinta yang menusuk, meskipun aku tahu engkau
hanyalah bagian dari halusinasiku, kumohon Alice, tunjukkanlah dirimu….”
Wanita
itu mendekatiku dengan perlahan, dengan jalan yang terserat-serat, wanita itu
terjatuh di dalam pelukanku, ku belai helai demi helai rambutnya. Benar dapat
kurasakan pelukannya sama seperti waktu itu, tak tahan aku menahan air mata
yang kini mulai berjatuhan dan mengenai rambutnya.
“Sesungguhnya
aku tidak pernah meninggalkanmu, sudah lima tahun aku tinggal di dalam
kegelapan ini. Aku selalu berharap untuk bisa bertemu denganmu, hingga akhirnya
penantian ini telah berakhir. Kini kita telah hidup di alam yang berbeda,
dibatasi dengan tembok maut yang pasti dilalui, semoga kita dapat bertemu di
tempat yang indah nanti, sebuah tempat yang tidak bisa memisahkan cinta kita.
Selamat tinggal, aku mencintaimu.”
Hangatnya pelukan ini berubah
menjadi dingin yang menyelimuti badanku, Perlahan-lahan Alice hilang di hembus
oleh angin yang juga menerjang tubuhku, tubuhku lemas seakan tenaga ku hilang
termakan olehnya.
Tak terasa matahari sudah mulai
menunjukkan cahayanya di ufuk timur, aku memutuskan kembali ke hotel untuk
istirahat dan bertemu dengan kawan-kawan. Akhirnya aku dapat kembali ke hotel
dengan selamat, saat kubuka pintu kamar, ternyata mereka masih tidur di Kasur,
mungkin mereka masih merasa lelah karna perjalanan yang di tempuh. Setiap aku
memasuki kamar ini, selalu kucium sesuatu yang janggal, aku memutuskan untuk
istirahat sejenak di Kasur empuk yang sudah siap ku tiduri.
“Kok kasurnya keras ya? Teksture nya kok ngga beraturan gini,
ini pasti ada sesuatu yang janggal,” ucapku dengan rasa penuh penasaran.
“Hmmm mestinya kasur ini kita buka
saja dalamnya, maksudku kita lihat isinya apa,” Balas Ibra dengan muka
mendukung.
Brakkkk….. !! ku buka kasur itu, apa
yang terjadi? Sungguh mengejutkan, dua pasangan yang sudah membangkai telah
disimpan di kasur ini. Aku dan kawan-kawanku terkejut dengan peristiwa ini, aku
langsung menelpon customer service
untuk memberitahu tentang peristiwa ini.
“Pantas saja dari tadi malam aku
terus merasa ada yang janggal, hotel ini angker juga ya,”Ucapku dengan nada
sarkas.
Aku, Ibra dan kawan-kawan memutuskan
pergi dari hotel ini untuk mencari makan dan menikmati indahnya kota Las Vegas
yang megah ini. Satu persatu gedung kami telusuri meskipun tak ada tujuan yang
pasti. Awalnya kami datang ke kota ini memiliki tujuan utama, yaitu berjudi.
Sesuai yang tertera dalam perjanjian 17 September 2014 yang mengharuskan aku
dan kawan-kawanku untuk berjudi di casino.
Namun, seiring berjalannya waktu kami mulai merasa bahwa tujuan tersebut
tidaklah baik bagi kami, akhirnya kami memutuskan ke kota ini hanya untuk
jalan-jalan dan refreshing saja. Meskipun seperti itu, kenyataannya banyak hal
yang kami lewati di kota ini.
Kota ini panas, meskipun terik
matahari terus menyinari kota ini, namun tetap tidak terasa sepanas di
Indonesia, lagi-lagi aku teringat akan alice yang ternyata sudah meninggalkan
dunia ini. Entah mengapa aku masih dapat merasakan kehadiranya di sisiku. Setelah
kami berjalan-jalan sepanjang hari, kami memutuskan kembali ke hotel untuk
beristirahat.
Semua terasa sangat sepi ketika kami
telah memasuki hotel yang cukup angker itu. Satu persatu dari kami menuju kasur
yang telah diganti oleh bidadari yang siap melayani kami, terkecuali diriku
yang masih duduk di sofa Karena masih teringat akan Alice, ternyata penantian
ku selama ini hanya menyisakan kenangan yang pahit untuk diingat. Aku
memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.
Semua
kembali terasa sangat sunyi di kamar mandi, seperti biasa aku merasakan ada hal
yang janggal dari kamar mandi ini, tanpa diketahui asalnya tiba-tiba angin
menghembusku dengan sangat kencang, lampu yang terang mulai perlahan redup
hingga akhirnya mati. Aku melihat kamar mandi ini yang hanya berukuran 4 x 4
meter berubah menjadi tak berujung, seakan mengharuskan aku untuk menelusuri
gelapnya lorong yang tak berujung. Perlahan-lahan aku telusuri lorong ini, aku
merasakan seakan berakhirlah kehidupkan ku, tiba-tiba aku mulai melihat wajah
wanita yang sedang menangis, wajah itu….. tidak salah lagi itu merupakan wajah
Aliceku, aku terjatuh di lorong tersebut dan kaki ini mulai terserap oleh
lantai yang berubah menjadi cairan hitam yang berbau busuk.
“Mengapa jadi seperti ini,
tolongggggg…..!!!” ucapku dengan penuh rintihan.
Aku tenggelam dimakan oleh cairan
hitam tersebut, tiba-tiba semua menjadi hitam, tidak ada suara sedikitpun,
seperti berada di liang lahat.
“Apakah ini yang dinamakan kutukan?
Sial kenapa harus aku yang mendapatkannya” tanya aku dengan muka kesal.
Di dalam gelap ini, tiba-tiba aku
dapat meraasakan suara Ibra yang sedang mengetuk pintu kamar mandi yang mungkin
tak dapat terbuka, namun suara-suara tersebut terdengar samar. Di samping itu,
akupun merasakan suara Alice yang terus memanggilku, suara mama yang sangat
khas, berbagai suara bercampur menjadi satu disini, lalu aku bertanya.
“Sebenarnya aku ini lagi dimana,
mengapa seperti ini?” tanya aku dengan wajah takut.
“Sesungguhnya kamu berada di dalam
alam yang berbeda dengan teman-temanmu,” Terdengar suara aneh yang bermunculan
dari segala arah.
“Lalu, bagaimana aku dapat keluar
dari semua kutukan ini?” tanya oleh diriku.
“Jika kamu dapat memenuhi
perintahku, niscaya kamu akan dikeluarkan dari kutukan ini,” Jawab si
misterius.
“Sebenarnya, siapakah engkau? Wahai
makhluk aneh,” Tanya aku.
“Aku adalah penguasa hotel ini,
semua orang yang mempunyai masalah dengan kekasihnya harus berhadapan dengaku,
jika tidak maka akan berakhirlah hidupnya,” Jawab si misterius itu.
“Lalu, apa yang engkau inginkan
dariku ini? Sesungguhnya diriku ini tak punya apa-apa,” Ucapku.
“Kembalikan mayat-mayat yang ada di
kasur tersebut, Karena mereka adalah korban-korban karena tak mau menuruti
kemauanku,” Jawab si misterius dengan muka yang mulai kesal.
“Baiklah akan kuturuti kemauan mu,
tapi aku minta satu hal, kembalikanlah Aliceku,” Jawabku dengan berharap si
misterius itu menyetujuiku.
“Itu bukanlah masalah bagiku, baik
lah. Akan ku keluarkan engkau dari sini sekarang juga. Aku melihat mayat
tersebut di kuburan terdekat, carilah bersama teman-temanmu, aku beri waktu 6
jam dari sekarang,” Jawab si misterius
“6 jam? Baiklah jika itu yang kau
mau,” Jawab aku dengan penuh semangat.
Akhirnya aku di turunkan di salah
satu kuburan di Las Vegas, tempat dimana aku akan menggali dan mencari kedua
mayat tersebut, dibantu bersama Ibra dan kawan-kawan yang selalu menamani ku
dimanapun, kapanpun, selalu. Aku mulai menggali kuburan pertama, Ahai ! Betapa
beruntungnya diriku, tepat dua mayat tersebut yang ada di balik tanah yang ku
gali. Kami membawa mayat tersebut ke si misterius yang membutuhkannya.
“Wah cepat juga kau dalam bekerja,
selamat engkau telah berhasil melewati rintangan yang ku beri. Sebagai gantinya
akan ku bangkitkan Alice untukmu,” Seru si misterius.
Dengan segala sihir yang dipunyai
olehnya, pasir yang bertebaran mulai menyatu
membentuk satu demi satu anggota tubuh. Wajah ku yang gembira setengah
takut, terkejut melihat peristiwa ini. Jaman yang semodern ini ternyata masih
saja ada makhluk-makhluk seperti si misterius ini, yang menggunakan sihir untuk
segala kebutuhannya. Alice akhirnya terbentuk dengan sempurna, tanpa ada yang
berbeda sedikitpun, masih sama seperti dulu. Tak tahan menahan rasa bahagia
ini, akhirnya aku jatuh pingsan. Brakkk….!
Aku
terbangun di dalam keramaian dengan segala suara aneh yang berdering di kedua
telingaku.
“Oh
ternyata itu hanya alarmku, ah tidur lagi aja masih pagi, lagian ini kan hari
Senin. Eh senin yaa, ah tau lah mending tidur lagi aja, capek,” Berbicara
Sendiri.
“Abanggg
cepetan udah jam 6 kamu belum mandi, nanti sekolahnya telat lohhh. Tuh Alice
juga udah nunggu daritadi,” Teriak mama.
No comments:
Post a Comment