Welcome To Arkaan Ah'naf's Blog

Friday, April 6, 2018


ALICE! TENGGELAM DALAM GELAP

Jakarta. Minggu, 29 April 2029. Aku terbangun dalam keramaian dengan segala suara aneh yang berdering di kedua telingaku.
“Oh ternyata itu hanya alarmku yang memang sudah ku persiapkan untuk hari ini, ah tidur lagi aja masih pagi, lagian ini kan hari minggu,” gumamku.
Aku membuka smartphone yang selalu berada di sampingku. Dimanapun dan kapanpun hidupku seperti digantung olehnya. Ketika kubuka ternyata ada notifikasi dari salah satu aplikasi di smartphone ku, yang bernama kalender.
“Astaga, aku bahkan melupakan hari ini dimana aku dan teman-teman “LV” ku akan pergi ke Las Vegas untuk memenuhi janji lima belas tahun yang lalu. Namun, bagaimana dengan tiket yang telah ku pesan untuk hari ini, bodoh! Aku pasti akan telat dan dimarahi oleh teman-temanku,” aku menggerutu sendiri.
 Kubuka pintu kamar mandi yang dingin, lalu kunikmati derasnya air shower yang membasahi tubuh ini, sambil mengingat akan masa laluku yang sangat berkesan, apalagi bersama Ibra dan kawan-kawan. Kukeringkan badan ini dengan handuk pemberian dari kekasihku yang sudah entah kemana meninggalkan hati ini, Segera kupersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke Las Vegas.
“ Halo kaan, lu dimana? Gua , Faiz, Giri dan Ajad sudah di bandara.”
“Astaga Ib, bahkan gua baru mau berangkat dari rumah.”
“Bodoh lu cepetan dah.”
“Lima menit tunggu ya.”
Dua puluh enam kilometer, ya itu jarak dari rumah ini ke Bandara tempat Ibra dan teman-teman menungguku, merasa sangat menyesal atas ucapan ku tadi dengan ibra, tapi Ibra bukanlah orang yang mudah marah, tenang saja.
“Ma, abang pergi yaa, kalo ada apa-apa bisa telepon abang, masalah oleh-oleh mama tidak usah khawatir, pasti abang beliin kok,” Pamit aku pada mama yang hari itu sedang pergi ke luar kota.
Saat aku berjalan ke ke luar rumah, tiba-tiba aku melihat lukisan berisi tanda tangan grup “LV” ku yang diberi nama art-tissue, teringat sudah aku akan 15 tahun yang lalu, tepatnya 17 September 2014 dimana art-tissue dibuat dan dibingkai.
“Sialan, ini bukan waktu yang tepat untuk nostalgiaan,” Berbicara sendiri dengan nada  kesal.
            Karena sudah telat, terpaksa aku menggunakan Go-Jek untuk pergi ke Bandara, ku panggil dan kunaiki Go-Jek tersebut. Langit sudah mulai mendung menandakan waktu hujan akan segera tiba, kusuruh Go-Jek tersebut untuk bergerak dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di Bandara.
“Benar kan, jalanan ini selalu macet, sama seperti 8 tahun yang lalu waktu aku baru pindah ke kota ini,” Ucapku yang berharap dibalas oleh driver Go-Jek.
“Iya pak, sejak dulu saya lahir juga jalan ini memang sudah macet, jadi sudah tidak heran lagi pak,” Balas driver Go-Jek.
Rintik-rintik air dari langit mulai berjatuhan, aku mulai khawatir akan tujunnya hujan yang deras karna diriku tak membawa sehelai jas hujan. Masih terjebak di dalam macet, smartphone ini terus berteriak.
“Pasti si Ibra sudah kesal, duh gimana ini ntar kalo telat,”
“Coba aja kalo aku tadi bangun lebih pagi, gak akan kaya gini deh, nyesel! Bodoh!”
            Akhirnya sampai juga di Bandara, aku bertemu dengan Ibra dan kawan-kawan SMP-ku, semua bermuka senang kecuali si Ibra yang sangat kesal karena terlalu lama menungguku. Ibra memustuskan untuk pergi ke restaurant, dan mulai berjalan dengan Bokong besarnya yang sama seperti dulu. Sampai di restaurant, kami dipersilakan duduk oleh salah satu karyawan di restaurant tersebut.
“Mas, saya pesan chicken steak,” Ucapku.
“Udah mas samain aja semua pesanannya, biar gampang,” Saut Ibra.
“Baik pak, ditunggu ya dalam lima belas menit,” Jawab Pegawai.
            Semua terasa berbeda, tidak seperti 15 tahun yang lalu. Dulu kami yang saling berbincang, sekarang semua sibuk dengan smartphone-nya masing-masing. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah bagiku, zaman memang sudah berubah, begitu telat untuk dibenahi.
            Sampai juga aku di pesawat yang akan membawa ku dari Jakarta ke Las Vegas, berbagai harapan mulai bermunculan di hati ini akan serunya petualangan yang akan dilalui, akan janji 15 tahun yang lalu akan terpenuhi. Semua yang terasa sangatlah lambat bagaikan siput yang diam. Tak bosan-bosannya aku berbincang dengan Ibra dan kawan-kawan, apa saja kami ucapkan, mengenang masa lalu yang begitu berkesan di hatiku.
            Dua puluh jam lamanya penerbangan, akhirnya aku harus turun di Bandara Internasional McCarran, di Las Vegas. Semua seakan terasa seperti mimpi, akhirnya aku menginjak tanah di Las Vegas.
“Kita harus cari Hotel buat istirahat nih!” Ajak Ibra.
“Hayo mau apa di hotel? Hmmm pasti mau melakasanakan misi sebagai cowo hahahaha,” Jawab Arkaan.
“Wah parah pikiran lu kaan, ayo dah cabut,” Saut Faiz, Giri, dan Ajad.
Akhirnya Ibra memesan taksi untuk perjalanan ke Hotel yang katanya sangat mewah, Aku menikmati pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi di sepanjang jalan. Kota ini begitu ramai, sama seperti sehari-hari di Jakarta, tempat aku menetap. Tak sampai lima belas menit, akhirnya aku sampai di Hotel. Benar saja, Hotel ini sangat megah, tembok yang dilapisi emas, lantai yang terbuat dari permata, dan bidadari-bidadari cantik yang siap melayani kami, kapanpun, dimanapun.
“Wah mantap kaaannn, bagus banget dah ini hotelnya, tinggal disini juga gapapa kali yak!” Ucap Ibra dengan muka kampungannya.
“Bapa lu tinggal disini, uang buat makan aja masih minjem !” Ucap Faiz.
“Gila lu pada, ingat istri woy!” Balas Arkaan dengan muka kesal.
“Tau ah gua mau langsung ke kamer aja,” Balas Giri dengan muka capek.
Akhirnya kami dapat memasuki Hotel tersebut, Kamarnya begitu indah, Kasur yang sangat empuk, membuat badan ini seakan ingin sekali berbaring diatasnya, namun hati ini terasa sangat aneh sekali, seakan ada yang terus mengikuti, aku merasakan suasana yang janggal di Hotel ini. Tik tok tik tok, ternyata jam sudah menunjukkan diangka sepuluh, menandakan bahwa diriku harus mandi, langkah ini begitu berat seperti ada yang menahan diriku untuk berjalan. Srrrrrrrrrr……. Shower ini sangat deras membasahi seluruh tubuhku. Perlahan-lahan kuambil handuk di lemari yang terletak di sudut kamar, aku mulai mengeringkan badan dengan handuk hotel, namun bau amis mulai tercium oleh hidungku.
“Buset ini bau apaan, kok amis gini ya…,” Ucapku dengan merinding.
            Suasana kamar yang hangat, berubah menjadi dingin dan sunyi, kawan-kawanku tidur Karena capeknya perjalanan yang di tempuh. Sial! ternyata ada darah berceceran di dekat lubang toilet, seketika buku kuduku berdiri. Perlahan-lahan ku siram darah tersebut dengan air yang jernih. Jam sudah menunjukkan angka sebelas namun diriku tak kunjung mengantuk, aku memutuskan keluar dari hotel untuk mencari makanan.
            Akhirnya aku sampai di restaurant yang persis berada di depan hotel, tempat aku menginap. Restaurant ini sangatlah sepi, suasananya sangat sunyi, sampai ada seorang wanita yang tiba-tiba memegang tanganku dengan tatapan yang aku kenal.
            “Arkaan……,” Ucap perempuan misterius tersebut.
            “A….A….Alice..? apa benar ini dirimu?” Tanya aku dengan penuh harapan.
Seketika wanita itu berlari, ku kejar dengan sekuat tenaga. Sial, kemana larinya wanita itu, aku yakin dia Alice, kekasihku yang sudah lima tahun lamanya pergi meninggalkanku tanpa alasan. Mungkin aku hanya sedang berhalusinasi, sudahlah. Langkah demi langkah kaki ini ku angkat kan, menelusuri jalan yang tak ku ketahui, mencari kesana-sini seakan masih ada harapan untuk bertemu dengan dirinya sampai pada akhirnya aku lelah dan memutuskan untuk beristirahat di sebuah kafe. Lagi-lagi aku melihat Wanita itu sedang berdiam diri di sebuah bangku, bentuknya nyata, namun tak dapat ku raih genggamannya. Aku kembali berfikir, jika ini hanyalah halusinasi, tidak ada kenyataan di dalamnya. Namun, setiap aku merasa tidak percaya, aku merasa lebih penasaran dengan wanita yang menggenggam tanganku dengan erat tadi. Aku melihat dirinya menelusuri sebuah hamparan hitam yang sepertinya tidak berujung, ku ikuti dia sampai akhirnya segores cahaya mulai berdatangan dari berbagai arah.
“Alice, lima tahun yang lalu engkau meninggalkanku begitu saja. Bertahun-tahun aku mencarimu dengan penuh harapan, dengan harapan aku dapat menemukanmu meskipun aku tahu semua ini akan berujung menyedihkan. Tak dapat kusangka akhirnya aku dapat menemukanmu di tempat ini, diselimuti kegelapan yang terus mengahantui hatiku yang digantung oleh cinta yang menusuk, meskipun aku tahu engkau hanyalah bagian dari halusinasiku, kumohon Alice, tunjukkanlah dirimu….”

Wanita itu mendekatiku dengan perlahan, dengan jalan yang terserat-serat, wanita itu terjatuh di dalam pelukanku, ku belai helai demi helai rambutnya. Benar dapat kurasakan pelukannya sama seperti waktu itu, tak tahan aku menahan air mata yang kini mulai berjatuhan dan mengenai rambutnya.
“Sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkanmu, sudah lima tahun aku tinggal di dalam kegelapan ini. Aku selalu berharap untuk bisa bertemu denganmu, hingga akhirnya penantian ini telah berakhir. Kini kita telah hidup di alam yang berbeda, dibatasi dengan tembok maut yang pasti dilalui, semoga kita dapat bertemu di tempat yang indah nanti, sebuah tempat yang tidak bisa memisahkan cinta kita. Selamat tinggal, aku mencintaimu.”
            Hangatnya pelukan ini berubah menjadi dingin yang menyelimuti badanku, Perlahan-lahan Alice hilang di hembus oleh angin yang juga menerjang tubuhku, tubuhku lemas seakan tenaga ku hilang termakan olehnya.
            Tak terasa matahari sudah mulai menunjukkan cahayanya di ufuk timur, aku memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat dan bertemu dengan kawan-kawan. Akhirnya aku dapat kembali ke hotel dengan selamat, saat kubuka pintu kamar, ternyata mereka masih tidur di Kasur, mungkin mereka masih merasa lelah karna perjalanan yang di tempuh. Setiap aku memasuki kamar ini, selalu kucium sesuatu yang janggal, aku memutuskan untuk istirahat sejenak di Kasur empuk yang sudah siap ku tiduri.
            “Kok kasurnya keras ya? Teksture nya kok ngga beraturan gini, ini pasti ada sesuatu yang janggal,” ucapku dengan rasa penuh penasaran.
            “Hmmm mestinya kasur ini kita buka saja dalamnya, maksudku kita lihat isinya apa,” Balas Ibra dengan muka mendukung.
           
            Brakkkk….. !! ku buka kasur itu, apa yang terjadi? Sungguh mengejutkan, dua pasangan yang sudah membangkai telah disimpan di kasur ini. Aku dan kawan-kawanku terkejut dengan peristiwa ini, aku langsung menelpon customer service untuk memberitahu tentang peristiwa ini.
            “Pantas saja dari tadi malam aku terus merasa ada yang janggal, hotel ini angker juga ya,”Ucapku dengan nada sarkas.
            Aku, Ibra dan kawan-kawan memutuskan pergi dari hotel ini untuk mencari makan dan menikmati indahnya kota Las Vegas yang megah ini. Satu persatu gedung kami telusuri meskipun tak ada tujuan yang pasti. Awalnya kami datang ke kota ini memiliki tujuan utama, yaitu berjudi. Sesuai yang tertera dalam perjanjian 17 September 2014 yang mengharuskan aku dan kawan-kawanku untuk berjudi di casino. Namun, seiring berjalannya waktu kami mulai merasa bahwa tujuan tersebut tidaklah baik bagi kami, akhirnya kami memutuskan ke kota ini hanya untuk jalan-jalan dan refreshing saja. Meskipun seperti itu, kenyataannya banyak hal yang kami lewati di kota ini.
            Kota ini panas, meskipun terik matahari terus menyinari kota ini, namun tetap tidak terasa sepanas di Indonesia, lagi-lagi aku teringat akan alice yang ternyata sudah meninggalkan dunia ini. Entah mengapa aku masih dapat merasakan kehadiranya di sisiku. Setelah kami berjalan-jalan sepanjang hari, kami memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat.
            Semua terasa sangat sepi ketika kami telah memasuki hotel yang cukup angker itu. Satu persatu dari kami menuju kasur yang telah diganti oleh bidadari yang siap melayani kami, terkecuali diriku yang masih duduk di sofa Karena masih teringat akan Alice, ternyata penantian ku selama ini hanya menyisakan kenangan yang pahit untuk diingat. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.
           
Semua kembali terasa sangat sunyi di kamar mandi, seperti biasa aku merasakan ada hal yang janggal dari kamar mandi ini, tanpa diketahui asalnya tiba-tiba angin menghembusku dengan sangat kencang, lampu yang terang mulai perlahan redup hingga akhirnya mati. Aku melihat kamar mandi ini yang hanya berukuran 4 x 4 meter berubah menjadi tak berujung, seakan mengharuskan aku untuk menelusuri gelapnya lorong yang tak berujung. Perlahan-lahan aku telusuri lorong ini, aku merasakan seakan berakhirlah kehidupkan ku, tiba-tiba aku mulai melihat wajah wanita yang sedang menangis, wajah itu….. tidak salah lagi itu merupakan wajah Aliceku, aku terjatuh di lorong tersebut dan kaki ini mulai terserap oleh lantai yang berubah menjadi cairan hitam yang berbau busuk.
            “Mengapa jadi seperti ini, tolongggggg…..!!!” ucapku dengan penuh rintihan.
            Aku tenggelam dimakan oleh cairan hitam tersebut, tiba-tiba semua menjadi hitam, tidak ada suara sedikitpun, seperti berada di liang lahat.
            “Apakah ini yang dinamakan kutukan? Sial kenapa harus aku yang mendapatkannya” tanya aku dengan muka kesal.
            Di dalam gelap ini, tiba-tiba aku dapat meraasakan suara Ibra yang sedang mengetuk pintu kamar mandi yang mungkin tak dapat terbuka, namun suara-suara tersebut terdengar samar. Di samping itu, akupun merasakan suara Alice yang terus memanggilku, suara mama yang sangat khas, berbagai suara bercampur menjadi satu disini, lalu aku bertanya.
            “Sebenarnya aku ini lagi dimana, mengapa seperti ini?” tanya aku dengan wajah takut.
            “Sesungguhnya kamu berada di dalam alam yang berbeda dengan teman-temanmu,” Terdengar suara aneh yang bermunculan dari segala arah.
“Lalu, bagaimana aku dapat keluar dari semua kutukan ini?” tanya oleh diriku.
            “Jika kamu dapat memenuhi perintahku, niscaya kamu akan dikeluarkan dari kutukan ini,” Jawab si misterius.
“Sebenarnya, siapakah engkau? Wahai makhluk aneh,” Tanya aku.
            “Aku adalah penguasa hotel ini, semua orang yang mempunyai masalah dengan kekasihnya harus berhadapan dengaku, jika tidak maka akan berakhirlah hidupnya,” Jawab si misterius itu.
            “Lalu, apa yang engkau inginkan dariku ini? Sesungguhnya diriku ini tak punya apa-apa,” Ucapku.
            “Kembalikan mayat-mayat yang ada di kasur tersebut, Karena mereka adalah korban-korban karena tak mau menuruti kemauanku,” Jawab si misterius dengan muka yang mulai kesal.
            “Baiklah akan kuturuti kemauan mu, tapi aku minta satu hal, kembalikanlah Aliceku,” Jawabku dengan berharap si misterius itu menyetujuiku.
            “Itu bukanlah masalah bagiku, baik lah. Akan ku keluarkan engkau dari sini sekarang juga. Aku melihat mayat tersebut di kuburan terdekat, carilah bersama teman-temanmu, aku beri waktu 6 jam dari sekarang,” Jawab si misterius
“6 jam? Baiklah jika itu yang kau mau,” Jawab aku dengan penuh semangat.
            Akhirnya aku di turunkan di salah satu kuburan di Las Vegas, tempat dimana aku akan menggali dan mencari kedua mayat tersebut, dibantu bersama Ibra dan kawan-kawan yang selalu menamani ku dimanapun, kapanpun, selalu. Aku mulai menggali kuburan pertama, Ahai ! Betapa beruntungnya diriku, tepat dua mayat tersebut yang ada di balik tanah yang ku gali. Kami membawa mayat tersebut ke si misterius yang membutuhkannya.
            “Wah cepat juga kau dalam bekerja, selamat engkau telah berhasil melewati rintangan yang ku beri. Sebagai gantinya akan ku bangkitkan Alice untukmu,” Seru si misterius.
           
            Dengan segala sihir yang dipunyai olehnya, pasir yang bertebaran mulai menyatu  membentuk satu demi satu anggota tubuh. Wajah ku yang gembira setengah takut, terkejut melihat peristiwa ini. Jaman yang semodern ini ternyata masih saja ada makhluk-makhluk seperti si misterius ini, yang menggunakan sihir untuk segala kebutuhannya. Alice akhirnya terbentuk dengan sempurna, tanpa ada yang berbeda sedikitpun, masih sama seperti dulu. Tak tahan menahan rasa bahagia ini, akhirnya aku jatuh pingsan. Brakkk….!
Aku terbangun di dalam keramaian dengan segala suara aneh yang berdering di kedua telingaku.
“Oh ternyata itu hanya alarmku, ah tidur lagi aja masih pagi, lagian ini kan hari Senin. Eh senin yaa, ah tau lah mending tidur lagi aja, capek,” Berbicara Sendiri.
“Abanggg cepetan udah jam 6 kamu belum mandi, nanti sekolahnya telat lohhh. Tuh Alice juga udah nunggu daritadi,” Teriak mama.


No comments:

Post a Comment